perlahan hampir tak teraba sebaris nama terengkuh dalam dada terapal bak mantra pujangga terselip gemulai dalam doa
sekejap memang baru pertemuan seumur hayat terasa perkenalan waktu tak pernah jadi pertimbangan rasa dihati pastilah kebenaran
dipuncak tertinggi kota terlantun pinta, asa serta rasa duhai putri dari nirwana akankah kau teteskan buliran cinta
hilangkan kering dalam jiwa punahkan haus dahaga raga tumbuhkan tunas asa bahagia bersatu slamanya
puncak kota desember 16, 2006
Label: personal life, poem |